Sabtu, 21 Juni 2008

HIPOTESA TERBENTUKNNYA CEKUNGAN OMBILIN


Hipotesa Pertama adalah pensesaran blok yang disebabkan pengangkatan (Van Bemmelen, 1949). Menurut hipotesa ini, penyebab terbentuknya Cekungan Ombilin adalah terjadinya pengangkatan oleh aktivitas magma, yaitu pengintrusian (terobosan) batuan granit yang penyebarannya terlihat disekitar Cekungan Ombilin. Umur granit tersebut adalah 206 sampai 112 juta tahun (ditentukan secara radiometrics) atau pada Jaman Jura Atas sampai Kapur Bawah. Umur tersebut sedikit lebih tua dibandingkan dengan umur Cekungan Ombilin, yaitu Kapur sampai dengan Awal Tersier yang diperkirakan berdasarkan umur batuan sedimen di dalam cekungan tersebut. Kenyataan ini mendukung hipotesa pertama.
Hipotesa Kedua, hipotesa ini diajukan oleh Koning (1985), yang menyatakan bahwa Cekungan Ombilin terbentuk akibat pensesaran blok oleh pensesaran mendatar. Mekanisme terjadinya disebut pull apart atau tarik pisah. Disebut demikian di dalamnya terdapat proses penarikan kerak bumi yang menimbulkan sesar-sesar normal. Cekungan yang terbentuk dikenal sebagai pull apart basin atau cekungan tarik pisah (Buchfiel and Stewart, 1966)
Penyelidikan-penyelidikan lain terhadap cekungan tarik pisah menunjukan adanya ciri-ciri umum cekungan tersebut sebagai berikut:

1. Endapan sedimen cukup tebal dengan ukuran luas relatif kecil.
2. Komposisi dan tekstur sedimen menunjukan tingginya kecepatan sedimentasi.
3. Siklus tekstur sedimennya menunjukan adanya aktifitas tektonik.

Semua ciri tersebut di atas terdapat di Ombilin/Sawahlunto, sehingga merupakan bukti pendukung hipotesa Koning (1985) atau hipotesa kedua.
Penyebab sesar mendatar di Cekungan Ombilin, kita kenal adanya sesar mendatar Sumatra yang bersifat dekstral, yaitu akibat penyusupan lempeng Hindia-Australia (Plate Tectonic Theory).

Jumat, 20 Juni 2008

PRODUK GEOWISATA MERUPAKAN UNSUR EKOWISATA

Produk Geowisata merupakan unsur Ekowisata yaitu kegiatan wisata yang bertumpu pada lingkungan alam dan budaya terkait, maka perlu mendapatkan perhatian yang bertujuan:
Mendidik Wisatawan tentang fungsi dan manfaat lingkungan alam dan budaya.
Meningkatkan kesadaran dan penghargaan akan lingkungan dan budaya.
Bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi bagi masyarakat tuan rumah, dan menyumbang langsung pada pelestarian yang berkelanjutan dalam menajemen lingkungan alam dan budaya yang terkait.

Rabu, 18 Juni 2008

SAWAHLUNTO DISCOVERY


SAWAHLUNTO DISCOVERY

Potensi geowisata di wilayah Sawah lunto, Sumatera Barat dapat dikembangkan dengan beberapa cara seperti dengan membuat sejarah geologi daerah geowisata, membuat kunjungan geowisata, pameran geowisata, dll. misalkan di Panorama Puncak Polan dapat dibuat suatu Papan tampilan yang menceritakan sejarah geologi terbentuknya Cekungan Ombilin/Sawahlunto, selain menarik untuk dibaca tentu juga akan menambah pengetahuan tentang terjadinya atau terbentuknya kota yang berda pada cekungan ini bagi pengunjung, bagi peserta didik tentu dapat dijadikan tambahan referensi dalam memahami pelajaran ilmu kebumian di sekolah. Di lain hal sebagai laboratorium alam, potensi geowisata ini tidak hanya menarik bagi wisata tapi juga dapat menarik sebagai area penelitian. Pendirian Galery Geowisata Sawalunto dapat pula direncanakan berisi tentang sejarah geologi suatu potensi wisata di tempat tujuan wisata, galery ini dibuat sebagai referensi awal bagi pengunjung geowisata Sawahlunto.

APLIKASI BENTANG ALAM GEOLOGI DALAM GEOWISATA









I. PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Bentang Alam Geologi (geomorfologi) adalah cabang dari ilmu geologi yang membahas bentuk, geometri dan proses-proses yang terjadi serta kondisi geologi yang mengendalikan.


Geologi Tata Lingkungan adalah kondidi geologi yang diperlukan dalam proses perencanaan tataruang kota dan wilayah, pengaruh geologi terhadap lingkungan binaan, serta dampak lingkungan binaan terhadap kondisi geologi.


Geowisata adalah bagian dari ilmu geologi yang membahas kaitan antara geologi dengan kepariwisataan.


1.2 Pariwisata

Pariwisata merupakan jaringan berbagai unsur dan kegiatan dalamtatanan (sistem) yang utuh, ditujukan untuk memenuhi perjalanan guna kesenangan (pleasure). Kesenangan yang ingin dicapai dalam pariwisata dapat berupa: keindahan alam, lingkungan alam, kesehatan dan olah raga, petualangan, ilmu pengetahuan, budaya, kulutur, industri dan teknologi, kuliner dan lain sebagainya.

II. GEOMORFOLOGI

2.1 Geomorfologi dan Tektonik Global
Bentang alam makro sebagai produk kegiatan Tektonik Global.

2.2 Satuan Geomorfologi Sebagai Aset Wisata


  • Pegunungan: Gunung api, Plateau, Kubah, Lipatan (fold), Patahan (fault) dll.

  • Dataran : Dataran Pantai, delta, rawa, danau, Banjir, Sungai dsb.

  • Pantai: Pantai Landai, Berlumpur, Berpasir, Terumbu Karang, terjal, Teluk, dsb

III. GEOLOGI TATA LINGKUNGAN


3.1 Pemikiran Dasar


Kondisi Geofisik merupakan landasan bagi pembangunan lingkungan binaan. Lingkungan binaan memberikan dampak kepada lingkungan Bio-Geofisik.


3.2 Analisis Geofisik untuk Pembangunan

Geologi tata lingkungan memberi evaluasi suatu wilayah:

Apakah mendukung ? Apakah terdapat kendala yang dapat diperbaiki ?

Apakah terdapat daerah limitasi yang perlu dihindari untuk pembangunan tertentu seperti:

sesar aktif, gas beracun, longsoran besar dll.


IV. PENUTUP

Bentang Alam Geologi (geomorfologi) mempunyai peran penting sebagai salah satu sumber daya pariwisata: laut, pantai, dataran, sungai, danau airterjun, gua, perbukitan, pegunungan dan sebagainya. Di dalam masing-masing gejala geomorfologi tersebut banyak mengandung unsur-unsur yang dapat dikembangkan sebagai aset Geowisata: geomorfologi, mineral, batuan, stratigrafi, struktur geologi, fosil dan kehidupan purba, geologi sejarah, tektonik, kegunungapian, dsb. Geologi Tata lingkungan berperan dalam evaluasi mengenai daya dukung, kendala, maupun limitasi dari pembangunan pariwisata.