Senin, 07 Juli 2008

SAWAHLUNTO DALAM SEJARAH


Di sebelah Timur Laut Ibu Kota Propinsi Sumatra Barat yaitu kota Padang dan berjarak kurang lebih 90 kilometer tersebutlah nama Kota Sawahlunto.
Menurut dokumen aslinya nama Sawahlunto dituliskan secara terpisah yaitu Sawah dan Lunto, nama tersebut dikarenakan kondisi lokasi yang ada yaitu adanya hamparan sawah-sawah yang berada dan dikelilingi bukit-bukit, dan diantara sawah mengalirlah sungai kecil yang dinamakan Batang Lunto. Kesunyian, keterasingan, dan terisolir itulah suasananya, tetapi semenjak diketemukannya endapan batubara di Ulu Air di suatu lembah bukit yang tidak berpenghuni di daerah aliran Sungai atau Batang Ombilin pada tahun 1868 oleh seorang Belanda yaitu Ir. WH. de Greve, maka Sawahlunto menjadi penting. Adanya jalan kereta api yang menghubungkan antara Muara Kelaban sampai Pelabuhan Emma (sekarang Teluk Bayur) yang kemudian dilanjutkan dari Muara Kelaban ke Sawahlunto dan selesai pada bulan Januari 1894, maka terbukalah isolasi Sawahlunto dari dunia luar, sehinggaSawahlunto berkembang menjadi pusat industri bangsa Eropa di Pegunungan Pantai Barat Sumatra.

SEKILAS FENOMENA BATUBARA

Batubara berasal dari tumbuhan yang mati, kemudian tertimbun oleh lapisan batuan sedimen selama jutaan tahun, oleh karena pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi, maka terbentuklah arang yang kita sebut batubara. Contoh batubara di Australia, timbunan tumbuhan mati setebal 100 meter, setelah 1,6 juta tahun berubah menjadi lapisan batubara peringkat tinggi setebal 1,0 meter.

Pada tahun 1913, dalam sebuah seminar di Edinburgh, Skotlandia, dilontarkan satu pertanyaan yang berbunyi Apakah Batubara itu ?.

Kini setelah hampir 100 tahun ilmu perbatubaraan berkembang, kita dapat menjawabnya setelah mempelajari beberapa sifat fisika dan kimianya.

Jawabannya adalah: Batubara ialah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa anorganik pembentuk abu (ash) tersebar sebagai partikel zat mineral terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batubara meleleh dan menjadi plastis apabila dipanaskan pada suhu tertentu, tetapi meninggalkan suatu residu yang disebut kokas.


Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair atau dihidrogenasikan untuk membuat metan. Gas Sintetis atau bahan bakar berupa gas dapat diproduksi sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi sempurna dari batubara dengan oksigen dan uap atau udara dan uap, (Elliot, 1981).